Selasa, 10 Juli 2012

Laporan BIOKIMIA Lemak(Lipid)

Laporan Praktikum Biokimia Lipid

 

  1. TUJUAN             :
2.1  Menguji kelarutan lemak dan minyak pada berbagai jenis pelarut.
2.2 Menguji sistem emulsi lemak/minyak dalam air dan larutan Na2CO3.
2.3 Menentukan bilangan penyabunan suatu lemak/minyak.

  1. III.             TINJAUAN PUSTAKA
Suatu Lipid didefinisikan sebgai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter ( Fessenden & Fessenden,1982)
Lipid adalah  senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007)
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et al,2007)
Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak yaitu:

R1,R2,dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden & fessenden, 1982)
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh (Salirawati et al,2007).
Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan (Salirawati et al,2007).
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007).
Dengan reagen HubI’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2, maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan rangkap ( Salirawati et al,2007).
Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan Iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat (salirawati et al,2007)

Gambar 3.1 Contoh hidrolisis Margarin
Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan (Salirawati et al,2007)
Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya (salirawati et al,2007)
Gambar3.2 Reaksi penyabunan gliseril stearat
Jika digunakan NaOH maka akan dihasilka sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut “sabun cuci”, sedangkan jika digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa disebut “sabun mandi”. (Salirawati et al,2007)
Diantara sekian banyak jenis Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak kelapa diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan minayk seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas kurang dari 5% .
Menurut ketaren(1986), warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna alam karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Sedangkan menurut Kisshenbuar (1960), warna pada minyak selain disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna.
Karoten merupakan hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik, tetapi dapat diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren, 1986).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan  kedlam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. (Ketaren, 1986).
Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44C,asam lemak miristat 54C, asam lemak palmitat 63C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas (Murdijati gardjito,1980)
  1. Metode Percobaan

4.1  Alat    
-    Tabung reaksi
-    Kertas lakmus
-    Gelas kimia
-    Pipet tetes

4.2  Bahan
- Mentega
- Margarin
- Minyak kayu cendana
- Alkohol panas
- Asam encer
- Aquades
- Alkali
- Larutan Na2CO3. 1,0 %





4.3  Prosedur Kerja
Uji Kelarutan
Derajat kelarutan lemak/minyak dapat dilihat atau ditentukan dengan pengamatan secara langsung pada bahan pelarut yang dipakai.
Cara kerja :
3 mL pereaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. Sedikit bahan percobaan dibubuhkan ke dalam tabung yang sudah berisi pelarut. Isi tabung dikocok kuat-kuat dan diamati kelarutannya.

Emulsi
Minyak/lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada bahan lain yang dapat berfungsi sebagai emulgator.
Cara Kerja:
  1. Kira-kira 5 mL air dimasukkan ke tabung reaksi yang bersih. 3 tetes bahan percobaan dimasukkan pada tabung reaksi berisi air. Dikocok kuat-kuat selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.
  2. 5 mL air dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. 2-3 tetes larutan Na2CO3 dibubuhkan kedalam tabung yang berisi air. Dikocok dan diperiksa larutan dengan indicator hingga laritan bersifat basa. Kemudian, 3 tetes bahan percobaan dibubuhkan ke dalamnya dan dikocok kuat-kuat selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.

Penentuan bilangan penyabunan
  1. 2,5 g bahan percobaan (lemak/minyak) dan 25 ml KOH 0,1 M dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml. dibuat juga blankonya(pengerjaannya sama, tetapi tanpa menggunakan bahan percobaan). Baik bahan percobaan maupun blako dibuat duplo (2 kali ulangan)
  2. Direfluks diatas api kecil sampai penyabunan sempurna (kira-kira 30 menit). Untk mengetahui apakah proses penyabunan telah selesai/sempurna, hasil refluks diteteskan dalam tabung yang berisi air. Bila bening berarti proses penyabunan telah selesai.
  3. Setelah didinginkan, hasil refluks ditambah 2 tetes indicator fenolftalein dan dititrai denganlarutan HCl 0,5 M.
  4. Di hitung bilangan penyabunan


Keterangan      :
V1        = Volume Hcl yang dibutuhkn untuk bahan percobaan (mL)
V2        = Volume HCl yang dibutuhkan untuk blako (mL)
M         = Molaritas Hcl yang digunakan
56,1     = massa molekul KOH

Penentuan Bilangan peroksida
  1. Minyak sebanyak 5 g ditimbang dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan30 ml campuran pelarut yang terdiri dari 60% CH3COOH dan 40% CHCl3, lalu dikocok
  2. Selanjutnya, larutan tersebut ditanbahkan 0,5 mL larutan KI jenuh sambil dikocok dan dibiarkan dalam ruangan gelap selama 2 menit.
  3. Larutan ditambahkan 30 mL aquades dan 3 tetes indicator kanji lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 M. Proses yang sama dilakukan juga terhadap blanko.



Penentuan bilangan asam
  1. Minyak sebanyak 20 g ditimbang dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 50 mL etanol 95%
  2. Campuran kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam pemanas air sambil diaduk, kemudian dtambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi dengan KOH 0,1 M.




  1. V.                Hasil Percobaan

Hidrolisis pati oleh amilase air liur
Bahan Percobaan Kloroform Alcohol Panas Asam Encer Alkali
Minyak kelapa + - - -
Mentega + - - -
Margarin + + - -

Keterangan:  (+) = larut        (-) = tidak larut


Bahan Percobaan Emulsi A Emulsi B
Minyak kelapa - +
Mentega - +
Margarin - +

Keterangan : (+) =  membentuk emulsi                       (-) = tidak membentuk emulsi

Penentuan Bilangan penyabunan
Blanko Bahan Percobaan
Ulangan I Ulangan II Ulangan I Ulangan II
Meniskus akhir 14,5 6,5 22 9,5
Meniskus awal 10 1 6 2
Volume HCl 4,5 5,5 16 7,5
Rataan Vb= 5 Rataan Vi= 11,75

Diketahui : berat bahan percobaan                              : 2,5 gram
Konsentrasi HCl                                      : 0,5 M
Volume HCl untuk blanko (V1)              : 5 ml
Volume HCl untuk bahan percobaan      : 11,75 ml
Massa molekul KOH                               : 56 g/mol


= 75,735
Penentuan bilangan Peroksida
  • Konsentrasi Na2S2O3          = 0.01 M
  • Volume Na2S2O3                     = 10 ml
  • Berat sampel                       = 5 gram



= 20
Penentuan bilangan asam
  • Konsentrasi KOH             = 0,1 M
  • Volume KOH                   = 17,5 ml
  • Berat sampel                     = 20 gr
Titrasi
  • Meniskus awal      = 0
  • Meniskus akhir      = 17,5



= 4,90875

  1. VI.    PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama yaitu uji kelarutan, minyak kelapa, mentega dan margarine ketiganya larut dalam kloroform, tetapi pada alcohol panas hanya margarine yang larut sedangkan pada alkali ketiganya tidak larut. Menurut Lehninger (1982), lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene, aseton, dan petroleum eter. Jadi, hasil percobaan ini membuktikan bahwa lipid larut dalam kloroform karena kloroform merupakan pelarut non polar sedangkan alcohol tidak karena alcohol merupakan pelarut polar begitu pula dengan alkali (salirawati et al,2007).
Pada percobaan kedua, pembentukan emulsi terlihat bahwa untuk percobaan bagian A Minyak, mentega dan margari hanya dilarukan dengan menggunkan air. Tidak terjadi pembentukkan emulsi karena minyak, mentega dan margarine tidak dapat larut didalam air Karena air merupakan pelarut polar (salirawati et al,2007).
Tetapi pada percobaan bagian B, dengan adanya larutan Na2CO3 Minyak kelapa membentuk emulsi ketika dilarutkan kedalam larutan campuran air dan Na2CO3.  Karena Na2CO3 merupakan zat emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam larutan air dan Na2CO3 terjadi emulsi karena larutan Na2CO3 membantu menurunkan tegangan permukaan air. (Fessenden & Fesenden, 1982)
Pada percobaan ketiga yakni penentuan bilangan penyabunan minyak direaksikan dengan KOH. Sabun yang dihasilkan dari reaksi ini berupa sabun yang mempunyai sifat yang lebih keras (Salirawati  et al,2007).
Dalam penentuan bilangan penyabunan, besar kecilnya bilangan penyabunan ditentukan oleh panjang pendeknya rantai karbon. Hasil dari bilangan penyabunan dari minyak adalah 75,735 hal ini menunjukan bahwa minyak memiliki rental yang panjang karena bilangan penyabunannya besar (Salirawati  et al,2007).
Pada percobaan keempat yakni penentuan bilangan peroksida, minyak dilarukn dalam pelarut yang merupakan campuran kloroform dan asam asetat. Dan ditambhkan larutan kanji kemudian dititrasi. Hasil akhir dari titrasi larutan membentuk dua fase. Bilangan peroksida dari minyak yang didapat sesuai hasil percobaan adalah 20.  Penentuan bilangan peroksida ini bertujuan untk melihat kualitas minyak. Karena seringkali minyak mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Untk menghambatnya biasanya ditambahkan antioksidan. Antioksidn bersifat sebagai akseptor radikal bebas dan mampu menghentikan reaksi oksidasi minyak (stuckey,1968).
Reaksi autooksidasi dimulai ketika radikal bebas hasil tahap inisiasi bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksida. Reaksi ini berntai dan sangat cepat dengan energy hamper nol, sehingga konsentrasi radikal peroksida yang terbentuk lebih besar dalam siste makanan dimana oksigen tersebut berada. Radikal peroksida tersebut akan mengekstrak ion hydrogen dari lipid membentuk hidroperoksida dan molekul radikal lipida baru (Trilaksani,2003)

Dan untuk percoban selanjutnya yakni penentuan bilangan asam. Sesuai hasil percobaan diperoleh 4,98075. Asam yang berasal dari antioksidan bertindak sebagai donor proton (hydrogen) terhadap radikal bebas yang terbentuk sehingga tahap propagasi dapat terhambat dan jumlah radikal bebasa yang dapat menstimulasi terjadinya kankerpun dapat dikurangi jumlahnya. Semakin banyak antioksidan yang ditambahkan pada minyak, kerusakan minyak karena oksidasipun dapat dikurang (Salirawati  et al,2007).







  1. VII.      Kesimpulan

Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulakan bahwa :
  1. Lemak dan minyak tidak larut di dalam asam, alkohol dan alkali(pelarut Polar), tetapi dalam pelarut organik seperti: eter, kloroform,  dll.
  2. Lemak dan minyak tidak membentuk emulsi di dalam air, tetapi di dalam larutan garam seperti Na2CO3 membentuk emulsi
  3. Bilangan penyabunan adalah Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak. Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya.





DAFTAR PUSTAKA

Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas teknologi dan pertanian Universitas Udayana
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga
Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian. Yogyakarta: Fakultas Teknologi pertanian UGM
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.Jakarta:Universitas Indonesia press

Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo

Trilaksani,W.2003.Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap kesehatan. Laporan penelitian.Bogor:IPB

Laporan Praktikum BIOKIMIA

Laporan BIOKIMIA

Karbohidrat
I. Prinsip dan Tujuan
1.1 Prinsip
a. Teori yang mendasari percobaan ini adalah penambahan asam organic pekat,misalnya H2SO4 menyebabkan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentose akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan heksisosa menjadi hidroksi-multifulfural
b. Reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas
2.1 Tujuan
a. Menganalisis struktur dan konfigurasi molekul karbohidrat serta sifat optic yang berkaitan dengan struktur tersebut
b. Menjelaskan rumus serta terdapatnya beberapa monosakarida, oligosakarida dan polisakarida
c. Menerangkan beberapa sifat kimia karbohidrat
d. Menentukan golongan-golongan karbohidrat

II. Tinjauan Pustaka
Karbohidrat adalah polihidroksidehida dan keton polihidroksil atau turunannya. Selain itu juga dsususun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum berupa CnH2nOn atau mendekati Cn(H2O)n yaitu karbon yang mengalami hidratasi.
Di alam, karbohidrat merupakan hasil sintesa CO2 dan H2O dengan pertolongan sinar marahari dan hijau daun (klorofil). Hasil fotosintesis ini kemudian mengalami polimerisasi menjadi pati dan senyawa –senyawa bermolekul besar lain yang menjadi cadangan makanan pada tanaman. Organisme yang dapat mensintesa makanan pada tanaman.
Penggolongan Karbohidrat
Secara alami, ada tiga bentuk karbohidrat yang penting yaitu :
1 Monosakarida
2 Oligosakarida
3 Polisakarida
Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menkjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton
Macam-macam contoh monosakarida adalah :
1. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan erring disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kea rah kanan. Di alam glukosa terdapat pada buah-buahan dan madu lebah.




2. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenya disebut levulosa. Fruktisa mempunyai rasa manis lebih dari gluosa, juga lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa

3. Galaktosa
Galaktosa jarang terdapat bebas di alam, biasanya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air

4. Pentosa
Beberapa pentose yang penting adalah arabinosa, xilosa, ribose dan 2-deoksiribosa. Keempat pentose ini terdapat dalam keadaan bebas di alam. Arabinosa diperoleh dari gom arab dengan jalan hidrolisis, sedangkan xilosa diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu.


Oligosakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida.
Contoh Oligosakarida yaitu :
1. Sukrosa
Sukrosa berasal dari tebu,bit dan tumbuhan, misalnya dalam buah nanasa dan dalam wortel




2. Laktosa
Hidrolisis laktosa menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa,karena laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya molekul laktosa masih mempunyai gugus -OH gkikosidik, dengan demikian laktosa mempunyai sifat mereduksi dan mutarotasi

3. Maltose
Maltose adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Maltose mudah larut dalam air dan mempunyai rasa lebih manias daripada laktosa, tetapi kurang manis daripada sukrosa

4. Rafinosa
Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri atas tiga molekul monosakarida yang berikatan, yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1 pada galaktosa berikatan dengan atom karbon 6 pada glukosa, selanjutnya atom karbon 1 pada glukosa berikatan dengan atom karbon 2 pada fruktosa. Apabila dihidrolisis sempurba, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa
5. Stakiosa
Stakiosa adalah suatu tetrasakarida stakiosa tidak mempunyai sifat mereduksi.
Polisakarida
Polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi, polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya adalah
1. Amilum
2. Glikogen
3. Dekstrin
4. Selulosa

III. Prosedur Percobaan
1. Uji Molisch
a. Masukkan 1 ml larutan karbohidrat kedalam tabung reaksi yang masih kering dan bersih
b. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch,kocok
c. Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, dimiringkan
d. Perhatikan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan yang menandakan reaksi positif karbohidrat
e. Lakukan percobaan masing-masing untuk larutan 1 M glukosa, sukrosa, maltose dan arabinosa
f. Catat hasil dan buatlah kesimpula
2. Uji Benedict
a. Masukkan 3 tetes larutan karbohidrat dan 2 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi yang berbeda, kocok.
b. Panaskan di atas penangas air selama 5 menit lalu dinginkan
c. Pembentukan endapan hijau, kuning atau merah menunjukkan reaksi positif
d. Lakukan percobaan serupa pda larutan pati, glukos, galaktosa, sukrosa dan fruktosa
3. Uji barfoed
a. Masukkan 1 ml larutan 0,1 M glukosa yang berisi 1 ml pereaksi barfoed ke dalam tabung reaksi, kocok.
b. Panaskan di atas air mendidih selama 3 menit
c. Dinginkan selama 2 menit pada air mengalir
d. Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata
e. Lakukan percobaan serupa pada larutan sukrosa, glukosa, fruktosa dan laktosa
f. Bila tidak terjadi reduksi selama 5menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai terlihat adanya reduksi.
4. Uji Seliwanof
a. Masukkan 2 ml pereaksi seliwanof, tambahkan 5 tetes larutan uji dan tambahkan ke dalam tabung reaksi
b. Didihkan di atas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air selam 1 menit
c. Terjadinya perubahan warna merah dan endapan menunjukkan reaksi positif untuk ketosa, bila endapan dilarutkan dalam alcohol maka akan terjadi larutan berwarna merah
d. Lakukan percobaan pda sampel fruktosa, glukosa dan sukrosa.
5. Hidrolisis Sukrosa
a. Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml larutan sukrosa 0,1 M kemudian tambahkan 1 ml HCl 10%
b. Campurlah dengan baik, lalu panaskan dalam penangas air mendidih selama 15 menit
c. Setelah dingin netralkan larutan dengan NaOH 2% dan uji dengan kertas lakmus
d. Selanjutnya lakukan uji Benedict, Seliwanof dan Barfoed.
6. Tes Pati dengan Iodium
a. Masukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing-masing 3 ml larutan pati 1 %
b. Tambahkan 2 tetes air ke dalam tabung pertam, tambahkan 2 tetes HCl 6 N ke dalam tabung ke dua, tambahkan 2 tetes larutan NaOH 6 N ke dalam tabung ke tiga.
c. Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 1 tetes 0,01 M larutan iodium.
d. Amati perubahan 3 warna yang ada dalam tabung reaksi tadi
e. Panaskan tabung yang berwarna biru, dinginkan perlahan-lahan, lalu amati perubahan warna yang terjadi

IV. Alat dan Bahan
1. Uji Molisch
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. 10 gr α-naftol
2. 95 % etil alcohol
3. Sukrosa 0,1 M
4. Glukosa 0,1 M
5. Arabinosa 0,1 M
6. Maltosa 0,1 M
2. Uji Benedict
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. Natrium Sitrat
2. Na2CO3 Anhidrat
3. CuSO4
4. Galaktosa 0,1 M
5. Fruktosa 0,1 M
3. UJI Barfoed
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. Kristal tembaga asetat
2. Asam laktat
3. Laktosa
1.1.1 Uji Seliwanof
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. Resorcinol
2. HCl encer


4. Hidrolisis Sukrosa
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. HCl Pekat
2. Sukrosa


5. Tes Pati dengan Iodium
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. HCl Pekat
2. NaOH Padat
3. 1% Pati


2. Pembahasan
Dalam Praktikum I, diperoleh hasil sebagaimana tertera ditabel I
Tabel I

No Zat Uji Hasil Uji Molisch Karbohidrat (+/-)
1. Glukosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
2. Sukrosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
3. Arabinosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
Pada uji molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat, hal tersebut dapat dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :









Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut :









Pada uji Benedict, indicator terkandungnya Gula reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata, hal tersebut dikarenakan terbentuknya hasil berupa Cu2O.
Hasil uji pada uji Benedict adalah sebagaimana tertera di tabel 2.
Tabel 2
No. Zat Uji Hasil Uji Benedict Gula Reduksi (+/-)
1. Pati 1% Terbentuk warna hijau dan tidak terbentuk endapan -
2. Sukrosa 1% Terbentuk warna biru dan tidak terbentuk endapan -
3. Galaktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
4. Fruktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
5. Glukosa 1% Terbentuk endapan merah bata +

Berikut reaksi yang berlangsung :





Hasil uji pada uji Barfoed adalah sebagaimana tertera di tabel 3.
Tabel 3
No. Zat Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida(+/-)
1. Sukrosa 1% Tidak terbentuk endapan -
2. Laktosa 1% Tidak terbentuk endapan -
3. Fruktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
4. Glukosa 1% Terbentuk endapan merah bata +

Pada uji seliwanoff, ketosa terdeteksi pada zat uji fruktosa dengan terbentuknya warna jingga, yaitu karena terbentuknya resorsinol.
Hasil uji pada uji seliwanoff adalah sebagaimana tertera di tabel.
No. Zat Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida(+/-)
1. Sukrosa 1% Kuning jingga -
2. Fruktosa 1% Merah jingga +
3. Glukosa 1% Bening -
4. 1% Terbentuk endapan merah bata +

Berikut reaksinya :


Pada uji hidrolisis sukrosa, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang lebih sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat padas perubahan warna setiap tiga menit disertai perbedaan hash hidrolisis pula. Larutan hasil hidrolisis sebelum dilakukan uji Benedict untuk menentukan hasil akhir harus dinetralkan terlebih dahulu, karena semula masih dalam suasana asam.
Pada uji Hidrolisis sukrosa ini dilakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed supaya dapat mengidentifikasi monosakarida-monosakarida yang terbentuk (glukosa dan fruktosa.
Sementara itu, yang dimaksud dengan gula inverse adalah gula yang dapat memutar bidang polarisasi, karena memiliki gugus aldehida dan keton bebas.
Tabel 5
Uji Hasil uji
Benedict Terbentuk Endapan merah bata
Seliwanoff Terbentuk Merah jingga
Barfoed Terbentuk endapan merah bata

Pada Uji iodium, pada masing-masing zat uji memiliki indikasi yang berbeda-beda. Dari sepuluh zat uji, amilum, glikogen, dan deskstrin positif polisakarida.
Untuk uji iodium, didapat hasil sebagaimana tertera di tabel 2.
Zat Uji Air HCl NaOH
Pati 1% Cincin biru Cincin biru Cincin biru
Pati + I2 panaskan Putih keruh jernih Lar putih

6. Kesimpulan

1. Amilum, sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan arabinosa masing-masing dalam larutan 1%. Terbukti positif karbohidrat
2. Pada laktosa, Galaktosa, Fruktosa, Glukosa, dan Arabinosa terdapat gula inversi yaitu dengan terbentuknya endapan merah bata.
3. Pada Sukrosa dan Laktosa, adalah monosakarida. Sedangkan, Galaktosa, Fruktosa, Glukosa, dan Arabinosa adalah disakarida
4. Pada zat Uji Arabinosa, terdapat pentosa dari uji Barfoed
5. Pada Uji Seliwanof, Ketosa terdapat pada fruktosa
6. Hasil hidrolisis sukrosa adalah monosakarida-monsakarida (glukosa dan freuktosa) yang terdeteksi pada uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed

7. Daftar Pustaka
1. Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta
2. Jalip, IS. 2008. Praktikum Kimia Organik, Edisi kesatu. Laboratorium Kimia Universitas Nasional. Jakarta
1.2 Lipid
Prinsip
a. Berdasarkan kelarutan dari suatu senyawa like disolven like yaitu senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar
b. Berdasarkan reaksi antara asam lemak (karboksilat) dan gliserol (alcohol) dengan basa maka akan terjadi penyabunan
c. Berdasarkan dehidratasi gliserol oleh KHSO4 anhidrat membentuk senyawa aldehid tidak jenuh atau akrolein yang mempunyai bau khas

Tujuan
a. Menguraikan struktur dan sifat-sifat fisika serta kimia asam lemak dan lemak
b. Menerangkan struktur dan sifat fosfolipiod, sfingolpid dan terpen
c. Menjelaskan struktur, tata nama dan sifat-sifat senyawa yang termasuk golongan steroid
d. Untuk mengetahui derajat kelarutan lemak dalam pelarut air, alcohol, alcohol panas dan chloroform
e. Untuk menuraikan asam lemak menjadi asam lemak














1.3 Protein
Prinsip
a. Berdasarkan reaksi antara protein asam amino fenolik dengan larutan merkuri dalam asam nitrat akan terjadi endapan putih dan dapat berubah merah jika dipanaskan
b. Berdasarkan reaksi antara asam amino dengan ninhidrin disertai dengan pembebasan Co2 + ammonia menghasilkan senyawa yang berwarna biru
c. Berdasarkan reaksi pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus CO-NH (reaksi biuret) dan rantai peptide dalam suasana basa membentuk warna ungu /violet

Tujuan
a. Menentukan protein dari golongan asam asam amino fenolik seperti tirosin
b. Untuk mengetahui adanya asam amino bebas dari pembentukan senyawa aldehid disertai dengan pembebasan CO2 + NH3
c. Untuk menentukan dua atau lebih ikatan peptide pada protein
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 KARBOHIDRAT

1.2 PROTEIN
Protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting sel hewan dan manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh, maka potein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut potein nabati. Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Protein digunakan sebagai sumber pembentukan sel-sel tubuh dan sebagai sumber energy apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata unsure kimia yang terdapat dalam protein yaitu Karbon 50%, hodrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%


1.3 LIPID
Lipid adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Senyawa yang termasuk lipid mempuyai rumus sruktur yang serupa atau mirip,sifat kimia dan fungsi biologisnya berbeda-beda, tapi walau demikian para ahli mengelompokan lemak dan senyawa organic dalam satu kelompok yaitu lipid.
Lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan denagn cara ekstraksi menggunakan alcohol panas, eter atau pelarut lemak. Macam-mcam senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang digunakan.
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golonga. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal, Bloor embagi lipid dalam tiga golongan besar yaitu :
1. Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alcohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin
2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebroida
3. Derivate lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,contohnya asam lemak, gliserol dan sterol
Golongan lipid berdasarkan kemiripan struktur kimianya yaitu :
1. Asam lemak
2. Lemak
3. Lilin
4. Fosfolipid
5. Sfingolipid
6. Terpen
7. Steroid
8. Lipid kompleks
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tum¬buhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidup¬an manusia ialah lipid. Untuk memberikan definisi yang jelas ten¬tang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian para ahli biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan dalam sate kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena yang sering juga disebut “pelarut lemak”; (2) ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya; (3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Kesepakatan ini telah disetujui oleh Kongres Internasional Kimia Murni dan Terapan (International Congress of Pure and Applied Chemistry).
Jadi berdasarkan pada sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut lemak yang lain. Macam senyawa-senyawa serta kuantitasnya yang diper¬oleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang digunakan. Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak kira-kira sebesar 90%, dalam jaringan otak atau dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5 sampai 30%.
Penggolongan
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yakni (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, con¬tohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes) ; (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contoh¬nya fosfolipid, serebrosida; (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid.
Dalam bab ini lipid dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu: (1) asam lemak: (2) lemak: (3) lilin; (4) fosfolipid; (5) sfingolipid; (6) terpen; (7) steroid; (8) lipid kompleks. Dalam uraian berikut akan dibahas masing-masing golongan terse¬but di atas.
















BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
1.1 KARBOHIDRAT


1.2 PROTEIN
3.2.1. Uji Millon
1. Taruh sedikit serbuk albumin di atas keeping tetes, tambahkan beberapa tetes reagen millon, aduk baik-baik. Biarkan beberapa lam dan perhatikan warna merah yang terjadi. Ulangi percobaan ini dengan serbuk kasein dan gelatin
2. ke dalam 2 ml larutan 2% albumin dalam tabung reaksi baik hingga terbentuk endapan putih. Panaskan hati-hati hingga mulai timbul warna merah yang berarti reaksi miloon positif. Ulangi percobaan ini untuk larutan kasein dan gelatin
3. ke dalam 2 ml larutan 2% fenol tambahkan beberapa tetes pereaksi Millon kemudian panaskan hati-hati dan amati hasilnya.
3.2.2. Uji Ninhidrin
5. Ke dalam 0,1 ml larutan 2% albumin tambahkan 1 ml 0,1 N larutan buffer asam asetat PH 5 dan kemudian tambahkan 20 tetes larutan ninhidrin dalam aseton
2. Panaskan campuran tersebut diatas dalam penangas air mendidih selama beberapa menit, perhatikan warna yang terjadi.
3.2.3. UJI Biuret
1. ke dalam tabung reaksi tambahkan 1 ml 2% albumi dan 1 ml CuSO4 sampai terbentuk warna ungu.
2. Ke dalam tabung reaksi masukkan urea sedikit dan panaskan hingga melebur. Dinginkan dan perhatikan baunya. Larutkan urea yang telah dingin tersebut di atas dengan air, kemudian lakukan reaksi biuret seperti cara (1)
3.2.4. Titik Isoelektrik Protein
1. Ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing tambahkan 5 ml larutan 0,5% kasein. Selanjutnya pada kelima tabung tersebut tambahkan masing-masing buffer asetat pH 6.0,5.3,5.0,4.1, dan 3.8.
2. Kocok campuran baik-baik serta catat derajat kekeruhan setelah 0 menit, 10 menit, dan 30 menit.
3. Setelah 30menit kelima tabung diatas dipanaskan dalam penagas air mendidih selam 30 menit. Pembentukkan endapan/kekeruhan paling cepat terjadi dekat titik isoelektrik larutan protein. Pehatikan apa yang terjadi dan catat

1.3 LIPID
3.3.1. Uji Kelarutan
1. Sediakan 4 tabung reaksi dan tambahlan ke dalamnya :
Tabung 1 : tambahkan 2 ml air
Tabung 2 : tambahkan 2 ml alcohol dingin
Tabung 3 : tambahkan 2 ml alcohol panas
Tabung 4 : tambahkan 2 ml kloroform
Kemudian masukkan ke dalam tiap tabung 0,2 ml minyak goreng. Kocok hati-hati.
2. Ambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung di atas dan teteskan pada kertas saring, noda yang tertinggal pada ketas saring dikeringkan. Adanya noda yang tertinggal pada kertas saring menunjukkan lemak/lipd yang larut dalam pelarut
3.3.2. Hidrolisa Mentega
1. Masukkan 5 gram mentega ke dalam beacker glass kecil lalu tambahkan 35 ml larutan NaOH alkoholis (20% NaOH dalam 40% etil alcohol), tutup dengan kaca arloji dan panaskan di atas air mendidih sampai penyabunan sempurna. Kesempurnaan penyabun an, kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air. Bila penyabunan telah sempurna akan diperoleh larutan jernih tanpa tetes minyak pada permukaan.
2. Setelah penyabuan sempurna lalu ditambahkan 10 ml air dan pindahkan ke dalam beacker glass 250 ml. panaskan diatas penangas air mendidih sampai semua alcohol keluat menguap(tidak tercium bau alcohol).
3. Ambil 1 ml larutan sabun pada tahap 2, masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml air dan NaCl padatan hingga jenuh. Apayang terjadi dan jelaskan peristiwa ini.
4. ambil 1 ml larutan sabun pada tahap 2, masukkan ke dalam tabung reaksi, kocock dan perhatikan pembentukkan busa. Lalu tambahkan1 ml air dan 0,5 ml 0,1 N CaCl2. Perhatikan apakah terjadi endapan ? Jelaskan!
5. Ambil 5 ml larutan sabun pada tahap 2. Tambahkan 2 N H2SO4 (periksa dengan lakmus) hingga asam. Perhatikan pembentukkan bau asam butirat dan asam lemak lainnya yang mudah menguap.

3.3.3. Uji Akrolein
1. Sediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu ke dalam masing-masing tabung masukkan 10 tetes olive oil, gliserol atau asam palmitat.
2. Ke dalam masing-masing tabung tambahkan sejumlah volume yang sama KHSO4, lalu dipanaskan pelan-pelan langsung di atas api. Perhatikan bau akrolein yang menusuk hidung.
3.3.4. Uji Lieberman-Burchard untuk Kolesterol
1. Sedikit kolesterol larutkan dalam kloroform sampai larut seluruhnya
2. Tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan 2 tetes asam sulfat pekat, kocok perlahan-lehan dan biarkan beberapa menit. Perhatikan perubahan warna

















BAB IV
ALAT DAN BAHAN

1.2 KARBOHIDRAT
1.3 PROTEIN
1.3.1 Uji Millon
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
Bahan :
1. Merkuri
2. Asam nitrat pekat
3. Albumin
4. Fenol
1.3.2 Uji Ninhidrin
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
1.3.3 Uji Biuret
Alat :
1. Asam asetat
2. Natrium asetat
3. Ninhidrin
4. 2 % Albumin

1.3.4 Titik Isoelektrik Protein
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
Bahan :
1. Buffer Asetat pH 6
2. Buffer Asetat pH 6
3. Buffer Asetat pH 6
4. Buffer Asetat pH 6
5. Buffer Asetat pH 6
6. 0,5 % Kasein
1.4
1.5 LIPID
1.5.1 Uji Kelarutan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penangas air
3. Kassa
4. Bunzen
5. Kertas saring
Bahan :
1. Minyak kelapa
2. Kloroform
3. Alcohol
4. Air
1.5.2 Hidrolisa mentega
Alat :
1. Beacker glass
2. Kaca arloji
3. Penangas air
4. Kertas lakmus
Bahan :
1. NaOH
2. Etil alcohol
3. CaCl2
4. H2SO4
1.5.3 Uji Akrolein
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pemanas Bunsen
Bahan :
1. Gliserol
2. Olive oil
3. Asam palmitat
4. KHSO4
1.5.4 Uji Lieberman-Burchard untuk kolesterol
Alat :
1. Beacker glass
2. Tabung reaksi
Bahan :
1. Kolesterol
2. Asam asetat anhidrid
3. H2SO4





BAB V
HASIL PERCOBAAN
5.1. KARBOHIDRAT
5.1.1. Uji Molisch
No. Zat Uji Hasil Uji Molisch Karbohidrat (+/-)
L Glukosa Terbentuk cincin berwarna ungu + -
2. Sukrosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
3. Arabinosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
Pada uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut

5.1.2. Uji Benedict
Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa CuzO.
No. Zat Uji Hasil Uji Benedict Gula
Red ulcsi (+/-)
I. pati 1% Terbentuk warna hijau dan tidak
terbentuk endapan -
2. Sukrosa 1% Terbentuk warna biru dan tidak
terbentuk endapan -
Galaktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
4. Fruktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
5. Glukosa I% Terbentuk endapan merah bata +





5.1.3. Uji Barfoed
No. Zat Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida (+l-)
1. Sukrosa 1% tidak terbentuk endapan -
2. Laktosa 1% tidak terbentuk endapan -
3. Fruktosal % Terbentuk endapan merah bata +
4.
I Glukosal % Terbentuk endapan merah bata +

5.1.4. Uji Seliwanof
Pada uji Seliwanof. ketosa terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya warna jingga; yaitu karena terbentuknya resorsinol. Hasil uji pada uji Seliwanoff adalah sebagaimana tertera di tabel. Tabel. 4
No. Zat Up Hasil tJji Seliwanof ketdsa (+/-)
1. Sukrosa 1% Kuning Jingga -
2. Fruktosa 1% Merah Jingga +
3. Glukosa I % Bening -

?ada uji hidrolisis sukrosa, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang ;bih sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat padas ~-erubahan warna setiap tiga menit disertai perbedaan hasil hidrolisis pula. _arutan hasil hidrolisis sebelum dilakukan uji Benedict untuk menentukan -asil akhir harus dinetralkan terlebih dahulu, karena semula masih dalam -aasana asam.
Pada uji Hidrolisis sukrosa ini dilakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed supaya dapat mengidentifikasi monosakarida-monosakarida yang :-rbentuk (glukosa dan fruktosa.
Sementara itu, yang dimaksud dengan gula inverse adalah gula yang Japat memutar bidang polarisasi, karena memiliki gugus aldehida dan keton '%
5.2. PROTEIN
5.2.1. Uji Millon
5.2.2. Uji Ninhidrin
5.2.3. Uji Biuret
5.2.4. Titik Isoelektrik Protein
5.3. LIPID
5.3.1. Uji Kelarutan
5.3.2. Hidrolisa Mentega
5.3.3. Uji Akrolein
5.3.4. Uji Lieberman – Burchard Untuk kolesterol






























BAB VI
KESIMPULAN






























DAFTAR PUSTAKA

Rahayu,Kiki, Modul Praktikum Biokimia, Bandung
Poedjiadi,Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia, Penerbit : Universitas Indonesia . Jakarta
www. google.com