Selasa, 10 Juli 2012

Laporan BIOKIMIA Lemak(Lipid)

Laporan Praktikum Biokimia Lipid

 

  1. TUJUAN             :
2.1  Menguji kelarutan lemak dan minyak pada berbagai jenis pelarut.
2.2 Menguji sistem emulsi lemak/minyak dalam air dan larutan Na2CO3.
2.3 Menentukan bilangan penyabunan suatu lemak/minyak.

  1. III.             TINJAUAN PUSTAKA
Suatu Lipid didefinisikan sebgai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter ( Fessenden & Fessenden,1982)
Lipid adalah  senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007)
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et al,2007)
Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak yaitu:

R1,R2,dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden & fessenden, 1982)
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh (Salirawati et al,2007).
Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan (Salirawati et al,2007).
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007).
Dengan reagen HubI’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2, maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan rangkap ( Salirawati et al,2007).
Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan Iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat (salirawati et al,2007)

Gambar 3.1 Contoh hidrolisis Margarin
Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan (Salirawati et al,2007)
Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya (salirawati et al,2007)
Gambar3.2 Reaksi penyabunan gliseril stearat
Jika digunakan NaOH maka akan dihasilka sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut “sabun cuci”, sedangkan jika digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa disebut “sabun mandi”. (Salirawati et al,2007)
Diantara sekian banyak jenis Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak kelapa diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan minayk seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas kurang dari 5% .
Menurut ketaren(1986), warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna alam karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Sedangkan menurut Kisshenbuar (1960), warna pada minyak selain disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna.
Karoten merupakan hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik, tetapi dapat diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren, 1986).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan  kedlam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. (Ketaren, 1986).
Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44C,asam lemak miristat 54C, asam lemak palmitat 63C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas (Murdijati gardjito,1980)
  1. Metode Percobaan

4.1  Alat    
-    Tabung reaksi
-    Kertas lakmus
-    Gelas kimia
-    Pipet tetes

4.2  Bahan
- Mentega
- Margarin
- Minyak kayu cendana
- Alkohol panas
- Asam encer
- Aquades
- Alkali
- Larutan Na2CO3. 1,0 %





4.3  Prosedur Kerja
Uji Kelarutan
Derajat kelarutan lemak/minyak dapat dilihat atau ditentukan dengan pengamatan secara langsung pada bahan pelarut yang dipakai.
Cara kerja :
3 mL pereaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. Sedikit bahan percobaan dibubuhkan ke dalam tabung yang sudah berisi pelarut. Isi tabung dikocok kuat-kuat dan diamati kelarutannya.

Emulsi
Minyak/lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada bahan lain yang dapat berfungsi sebagai emulgator.
Cara Kerja:
  1. Kira-kira 5 mL air dimasukkan ke tabung reaksi yang bersih. 3 tetes bahan percobaan dimasukkan pada tabung reaksi berisi air. Dikocok kuat-kuat selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.
  2. 5 mL air dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. 2-3 tetes larutan Na2CO3 dibubuhkan kedalam tabung yang berisi air. Dikocok dan diperiksa larutan dengan indicator hingga laritan bersifat basa. Kemudian, 3 tetes bahan percobaan dibubuhkan ke dalamnya dan dikocok kuat-kuat selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.

Penentuan bilangan penyabunan
  1. 2,5 g bahan percobaan (lemak/minyak) dan 25 ml KOH 0,1 M dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml. dibuat juga blankonya(pengerjaannya sama, tetapi tanpa menggunakan bahan percobaan). Baik bahan percobaan maupun blako dibuat duplo (2 kali ulangan)
  2. Direfluks diatas api kecil sampai penyabunan sempurna (kira-kira 30 menit). Untk mengetahui apakah proses penyabunan telah selesai/sempurna, hasil refluks diteteskan dalam tabung yang berisi air. Bila bening berarti proses penyabunan telah selesai.
  3. Setelah didinginkan, hasil refluks ditambah 2 tetes indicator fenolftalein dan dititrai denganlarutan HCl 0,5 M.
  4. Di hitung bilangan penyabunan


Keterangan      :
V1        = Volume Hcl yang dibutuhkn untuk bahan percobaan (mL)
V2        = Volume HCl yang dibutuhkan untuk blako (mL)
M         = Molaritas Hcl yang digunakan
56,1     = massa molekul KOH

Penentuan Bilangan peroksida
  1. Minyak sebanyak 5 g ditimbang dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan30 ml campuran pelarut yang terdiri dari 60% CH3COOH dan 40% CHCl3, lalu dikocok
  2. Selanjutnya, larutan tersebut ditanbahkan 0,5 mL larutan KI jenuh sambil dikocok dan dibiarkan dalam ruangan gelap selama 2 menit.
  3. Larutan ditambahkan 30 mL aquades dan 3 tetes indicator kanji lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 M. Proses yang sama dilakukan juga terhadap blanko.



Penentuan bilangan asam
  1. Minyak sebanyak 20 g ditimbang dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 50 mL etanol 95%
  2. Campuran kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam pemanas air sambil diaduk, kemudian dtambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi dengan KOH 0,1 M.




  1. V.                Hasil Percobaan

Hidrolisis pati oleh amilase air liur
Bahan Percobaan Kloroform Alcohol Panas Asam Encer Alkali
Minyak kelapa + - - -
Mentega + - - -
Margarin + + - -

Keterangan:  (+) = larut        (-) = tidak larut


Bahan Percobaan Emulsi A Emulsi B
Minyak kelapa - +
Mentega - +
Margarin - +

Keterangan : (+) =  membentuk emulsi                       (-) = tidak membentuk emulsi

Penentuan Bilangan penyabunan
Blanko Bahan Percobaan
Ulangan I Ulangan II Ulangan I Ulangan II
Meniskus akhir 14,5 6,5 22 9,5
Meniskus awal 10 1 6 2
Volume HCl 4,5 5,5 16 7,5
Rataan Vb= 5 Rataan Vi= 11,75

Diketahui : berat bahan percobaan                              : 2,5 gram
Konsentrasi HCl                                      : 0,5 M
Volume HCl untuk blanko (V1)              : 5 ml
Volume HCl untuk bahan percobaan      : 11,75 ml
Massa molekul KOH                               : 56 g/mol


= 75,735
Penentuan bilangan Peroksida
  • Konsentrasi Na2S2O3          = 0.01 M
  • Volume Na2S2O3                     = 10 ml
  • Berat sampel                       = 5 gram



= 20
Penentuan bilangan asam
  • Konsentrasi KOH             = 0,1 M
  • Volume KOH                   = 17,5 ml
  • Berat sampel                     = 20 gr
Titrasi
  • Meniskus awal      = 0
  • Meniskus akhir      = 17,5



= 4,90875

  1. VI.    PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama yaitu uji kelarutan, minyak kelapa, mentega dan margarine ketiganya larut dalam kloroform, tetapi pada alcohol panas hanya margarine yang larut sedangkan pada alkali ketiganya tidak larut. Menurut Lehninger (1982), lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene, aseton, dan petroleum eter. Jadi, hasil percobaan ini membuktikan bahwa lipid larut dalam kloroform karena kloroform merupakan pelarut non polar sedangkan alcohol tidak karena alcohol merupakan pelarut polar begitu pula dengan alkali (salirawati et al,2007).
Pada percobaan kedua, pembentukan emulsi terlihat bahwa untuk percobaan bagian A Minyak, mentega dan margari hanya dilarukan dengan menggunkan air. Tidak terjadi pembentukkan emulsi karena minyak, mentega dan margarine tidak dapat larut didalam air Karena air merupakan pelarut polar (salirawati et al,2007).
Tetapi pada percobaan bagian B, dengan adanya larutan Na2CO3 Minyak kelapa membentuk emulsi ketika dilarutkan kedalam larutan campuran air dan Na2CO3.  Karena Na2CO3 merupakan zat emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam larutan air dan Na2CO3 terjadi emulsi karena larutan Na2CO3 membantu menurunkan tegangan permukaan air. (Fessenden & Fesenden, 1982)
Pada percobaan ketiga yakni penentuan bilangan penyabunan minyak direaksikan dengan KOH. Sabun yang dihasilkan dari reaksi ini berupa sabun yang mempunyai sifat yang lebih keras (Salirawati  et al,2007).
Dalam penentuan bilangan penyabunan, besar kecilnya bilangan penyabunan ditentukan oleh panjang pendeknya rantai karbon. Hasil dari bilangan penyabunan dari minyak adalah 75,735 hal ini menunjukan bahwa minyak memiliki rental yang panjang karena bilangan penyabunannya besar (Salirawati  et al,2007).
Pada percobaan keempat yakni penentuan bilangan peroksida, minyak dilarukn dalam pelarut yang merupakan campuran kloroform dan asam asetat. Dan ditambhkan larutan kanji kemudian dititrasi. Hasil akhir dari titrasi larutan membentuk dua fase. Bilangan peroksida dari minyak yang didapat sesuai hasil percobaan adalah 20.  Penentuan bilangan peroksida ini bertujuan untk melihat kualitas minyak. Karena seringkali minyak mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Untk menghambatnya biasanya ditambahkan antioksidan. Antioksidn bersifat sebagai akseptor radikal bebas dan mampu menghentikan reaksi oksidasi minyak (stuckey,1968).
Reaksi autooksidasi dimulai ketika radikal bebas hasil tahap inisiasi bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksida. Reaksi ini berntai dan sangat cepat dengan energy hamper nol, sehingga konsentrasi radikal peroksida yang terbentuk lebih besar dalam siste makanan dimana oksigen tersebut berada. Radikal peroksida tersebut akan mengekstrak ion hydrogen dari lipid membentuk hidroperoksida dan molekul radikal lipida baru (Trilaksani,2003)

Dan untuk percoban selanjutnya yakni penentuan bilangan asam. Sesuai hasil percobaan diperoleh 4,98075. Asam yang berasal dari antioksidan bertindak sebagai donor proton (hydrogen) terhadap radikal bebas yang terbentuk sehingga tahap propagasi dapat terhambat dan jumlah radikal bebasa yang dapat menstimulasi terjadinya kankerpun dapat dikurangi jumlahnya. Semakin banyak antioksidan yang ditambahkan pada minyak, kerusakan minyak karena oksidasipun dapat dikurang (Salirawati  et al,2007).







  1. VII.      Kesimpulan

Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulakan bahwa :
  1. Lemak dan minyak tidak larut di dalam asam, alkohol dan alkali(pelarut Polar), tetapi dalam pelarut organik seperti: eter, kloroform,  dll.
  2. Lemak dan minyak tidak membentuk emulsi di dalam air, tetapi di dalam larutan garam seperti Na2CO3 membentuk emulsi
  3. Bilangan penyabunan adalah Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak. Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya.





DAFTAR PUSTAKA

Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas teknologi dan pertanian Universitas Udayana
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga
Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian. Yogyakarta: Fakultas Teknologi pertanian UGM
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.Jakarta:Universitas Indonesia press

Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo

Trilaksani,W.2003.Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap kesehatan. Laporan penelitian.Bogor:IPB

Laporan Praktikum BIOKIMIA

Laporan BIOKIMIA

Karbohidrat
I. Prinsip dan Tujuan
1.1 Prinsip
a. Teori yang mendasari percobaan ini adalah penambahan asam organic pekat,misalnya H2SO4 menyebabkan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentose akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan heksisosa menjadi hidroksi-multifulfural
b. Reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas
2.1 Tujuan
a. Menganalisis struktur dan konfigurasi molekul karbohidrat serta sifat optic yang berkaitan dengan struktur tersebut
b. Menjelaskan rumus serta terdapatnya beberapa monosakarida, oligosakarida dan polisakarida
c. Menerangkan beberapa sifat kimia karbohidrat
d. Menentukan golongan-golongan karbohidrat

II. Tinjauan Pustaka
Karbohidrat adalah polihidroksidehida dan keton polihidroksil atau turunannya. Selain itu juga dsususun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum berupa CnH2nOn atau mendekati Cn(H2O)n yaitu karbon yang mengalami hidratasi.
Di alam, karbohidrat merupakan hasil sintesa CO2 dan H2O dengan pertolongan sinar marahari dan hijau daun (klorofil). Hasil fotosintesis ini kemudian mengalami polimerisasi menjadi pati dan senyawa –senyawa bermolekul besar lain yang menjadi cadangan makanan pada tanaman. Organisme yang dapat mensintesa makanan pada tanaman.
Penggolongan Karbohidrat
Secara alami, ada tiga bentuk karbohidrat yang penting yaitu :
1 Monosakarida
2 Oligosakarida
3 Polisakarida
Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menkjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton
Macam-macam contoh monosakarida adalah :
1. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan erring disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kea rah kanan. Di alam glukosa terdapat pada buah-buahan dan madu lebah.




2. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenya disebut levulosa. Fruktisa mempunyai rasa manis lebih dari gluosa, juga lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa

3. Galaktosa
Galaktosa jarang terdapat bebas di alam, biasanya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air

4. Pentosa
Beberapa pentose yang penting adalah arabinosa, xilosa, ribose dan 2-deoksiribosa. Keempat pentose ini terdapat dalam keadaan bebas di alam. Arabinosa diperoleh dari gom arab dengan jalan hidrolisis, sedangkan xilosa diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu.


Oligosakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida.
Contoh Oligosakarida yaitu :
1. Sukrosa
Sukrosa berasal dari tebu,bit dan tumbuhan, misalnya dalam buah nanasa dan dalam wortel




2. Laktosa
Hidrolisis laktosa menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa,karena laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya molekul laktosa masih mempunyai gugus -OH gkikosidik, dengan demikian laktosa mempunyai sifat mereduksi dan mutarotasi

3. Maltose
Maltose adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Maltose mudah larut dalam air dan mempunyai rasa lebih manias daripada laktosa, tetapi kurang manis daripada sukrosa

4. Rafinosa
Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri atas tiga molekul monosakarida yang berikatan, yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1 pada galaktosa berikatan dengan atom karbon 6 pada glukosa, selanjutnya atom karbon 1 pada glukosa berikatan dengan atom karbon 2 pada fruktosa. Apabila dihidrolisis sempurba, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa
5. Stakiosa
Stakiosa adalah suatu tetrasakarida stakiosa tidak mempunyai sifat mereduksi.
Polisakarida
Polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi, polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya adalah
1. Amilum
2. Glikogen
3. Dekstrin
4. Selulosa

III. Prosedur Percobaan
1. Uji Molisch
a. Masukkan 1 ml larutan karbohidrat kedalam tabung reaksi yang masih kering dan bersih
b. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch,kocok
c. Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, dimiringkan
d. Perhatikan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan yang menandakan reaksi positif karbohidrat
e. Lakukan percobaan masing-masing untuk larutan 1 M glukosa, sukrosa, maltose dan arabinosa
f. Catat hasil dan buatlah kesimpula
2. Uji Benedict
a. Masukkan 3 tetes larutan karbohidrat dan 2 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi yang berbeda, kocok.
b. Panaskan di atas penangas air selama 5 menit lalu dinginkan
c. Pembentukan endapan hijau, kuning atau merah menunjukkan reaksi positif
d. Lakukan percobaan serupa pda larutan pati, glukos, galaktosa, sukrosa dan fruktosa
3. Uji barfoed
a. Masukkan 1 ml larutan 0,1 M glukosa yang berisi 1 ml pereaksi barfoed ke dalam tabung reaksi, kocok.
b. Panaskan di atas air mendidih selama 3 menit
c. Dinginkan selama 2 menit pada air mengalir
d. Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata
e. Lakukan percobaan serupa pada larutan sukrosa, glukosa, fruktosa dan laktosa
f. Bila tidak terjadi reduksi selama 5menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai terlihat adanya reduksi.
4. Uji Seliwanof
a. Masukkan 2 ml pereaksi seliwanof, tambahkan 5 tetes larutan uji dan tambahkan ke dalam tabung reaksi
b. Didihkan di atas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air selam 1 menit
c. Terjadinya perubahan warna merah dan endapan menunjukkan reaksi positif untuk ketosa, bila endapan dilarutkan dalam alcohol maka akan terjadi larutan berwarna merah
d. Lakukan percobaan pda sampel fruktosa, glukosa dan sukrosa.
5. Hidrolisis Sukrosa
a. Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml larutan sukrosa 0,1 M kemudian tambahkan 1 ml HCl 10%
b. Campurlah dengan baik, lalu panaskan dalam penangas air mendidih selama 15 menit
c. Setelah dingin netralkan larutan dengan NaOH 2% dan uji dengan kertas lakmus
d. Selanjutnya lakukan uji Benedict, Seliwanof dan Barfoed.
6. Tes Pati dengan Iodium
a. Masukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing-masing 3 ml larutan pati 1 %
b. Tambahkan 2 tetes air ke dalam tabung pertam, tambahkan 2 tetes HCl 6 N ke dalam tabung ke dua, tambahkan 2 tetes larutan NaOH 6 N ke dalam tabung ke tiga.
c. Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 1 tetes 0,01 M larutan iodium.
d. Amati perubahan 3 warna yang ada dalam tabung reaksi tadi
e. Panaskan tabung yang berwarna biru, dinginkan perlahan-lahan, lalu amati perubahan warna yang terjadi

IV. Alat dan Bahan
1. Uji Molisch
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. 10 gr α-naftol
2. 95 % etil alcohol
3. Sukrosa 0,1 M
4. Glukosa 0,1 M
5. Arabinosa 0,1 M
6. Maltosa 0,1 M
2. Uji Benedict
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. Natrium Sitrat
2. Na2CO3 Anhidrat
3. CuSO4
4. Galaktosa 0,1 M
5. Fruktosa 0,1 M
3. UJI Barfoed
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. Kristal tembaga asetat
2. Asam laktat
3. Laktosa
1.1.1 Uji Seliwanof
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. Resorcinol
2. HCl encer


4. Hidrolisis Sukrosa
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. HCl Pekat
2. Sukrosa


5. Tes Pati dengan Iodium
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet
3. Gelas Ukur 1000 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
Bahan :
1. HCl Pekat
2. NaOH Padat
3. 1% Pati


2. Pembahasan
Dalam Praktikum I, diperoleh hasil sebagaimana tertera ditabel I
Tabel I

No Zat Uji Hasil Uji Molisch Karbohidrat (+/-)
1. Glukosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
2. Sukrosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
3. Arabinosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
Pada uji molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat, hal tersebut dapat dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :









Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut :









Pada uji Benedict, indicator terkandungnya Gula reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata, hal tersebut dikarenakan terbentuknya hasil berupa Cu2O.
Hasil uji pada uji Benedict adalah sebagaimana tertera di tabel 2.
Tabel 2
No. Zat Uji Hasil Uji Benedict Gula Reduksi (+/-)
1. Pati 1% Terbentuk warna hijau dan tidak terbentuk endapan -
2. Sukrosa 1% Terbentuk warna biru dan tidak terbentuk endapan -
3. Galaktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
4. Fruktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
5. Glukosa 1% Terbentuk endapan merah bata +

Berikut reaksi yang berlangsung :





Hasil uji pada uji Barfoed adalah sebagaimana tertera di tabel 3.
Tabel 3
No. Zat Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida(+/-)
1. Sukrosa 1% Tidak terbentuk endapan -
2. Laktosa 1% Tidak terbentuk endapan -
3. Fruktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
4. Glukosa 1% Terbentuk endapan merah bata +

Pada uji seliwanoff, ketosa terdeteksi pada zat uji fruktosa dengan terbentuknya warna jingga, yaitu karena terbentuknya resorsinol.
Hasil uji pada uji seliwanoff adalah sebagaimana tertera di tabel.
No. Zat Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida(+/-)
1. Sukrosa 1% Kuning jingga -
2. Fruktosa 1% Merah jingga +
3. Glukosa 1% Bening -
4. 1% Terbentuk endapan merah bata +

Berikut reaksinya :


Pada uji hidrolisis sukrosa, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang lebih sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat padas perubahan warna setiap tiga menit disertai perbedaan hash hidrolisis pula. Larutan hasil hidrolisis sebelum dilakukan uji Benedict untuk menentukan hasil akhir harus dinetralkan terlebih dahulu, karena semula masih dalam suasana asam.
Pada uji Hidrolisis sukrosa ini dilakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed supaya dapat mengidentifikasi monosakarida-monosakarida yang terbentuk (glukosa dan fruktosa.
Sementara itu, yang dimaksud dengan gula inverse adalah gula yang dapat memutar bidang polarisasi, karena memiliki gugus aldehida dan keton bebas.
Tabel 5
Uji Hasil uji
Benedict Terbentuk Endapan merah bata
Seliwanoff Terbentuk Merah jingga
Barfoed Terbentuk endapan merah bata

Pada Uji iodium, pada masing-masing zat uji memiliki indikasi yang berbeda-beda. Dari sepuluh zat uji, amilum, glikogen, dan deskstrin positif polisakarida.
Untuk uji iodium, didapat hasil sebagaimana tertera di tabel 2.
Zat Uji Air HCl NaOH
Pati 1% Cincin biru Cincin biru Cincin biru
Pati + I2 panaskan Putih keruh jernih Lar putih

6. Kesimpulan

1. Amilum, sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan arabinosa masing-masing dalam larutan 1%. Terbukti positif karbohidrat
2. Pada laktosa, Galaktosa, Fruktosa, Glukosa, dan Arabinosa terdapat gula inversi yaitu dengan terbentuknya endapan merah bata.
3. Pada Sukrosa dan Laktosa, adalah monosakarida. Sedangkan, Galaktosa, Fruktosa, Glukosa, dan Arabinosa adalah disakarida
4. Pada zat Uji Arabinosa, terdapat pentosa dari uji Barfoed
5. Pada Uji Seliwanof, Ketosa terdapat pada fruktosa
6. Hasil hidrolisis sukrosa adalah monosakarida-monsakarida (glukosa dan freuktosa) yang terdeteksi pada uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed

7. Daftar Pustaka
1. Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta
2. Jalip, IS. 2008. Praktikum Kimia Organik, Edisi kesatu. Laboratorium Kimia Universitas Nasional. Jakarta
1.2 Lipid
Prinsip
a. Berdasarkan kelarutan dari suatu senyawa like disolven like yaitu senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar
b. Berdasarkan reaksi antara asam lemak (karboksilat) dan gliserol (alcohol) dengan basa maka akan terjadi penyabunan
c. Berdasarkan dehidratasi gliserol oleh KHSO4 anhidrat membentuk senyawa aldehid tidak jenuh atau akrolein yang mempunyai bau khas

Tujuan
a. Menguraikan struktur dan sifat-sifat fisika serta kimia asam lemak dan lemak
b. Menerangkan struktur dan sifat fosfolipiod, sfingolpid dan terpen
c. Menjelaskan struktur, tata nama dan sifat-sifat senyawa yang termasuk golongan steroid
d. Untuk mengetahui derajat kelarutan lemak dalam pelarut air, alcohol, alcohol panas dan chloroform
e. Untuk menuraikan asam lemak menjadi asam lemak














1.3 Protein
Prinsip
a. Berdasarkan reaksi antara protein asam amino fenolik dengan larutan merkuri dalam asam nitrat akan terjadi endapan putih dan dapat berubah merah jika dipanaskan
b. Berdasarkan reaksi antara asam amino dengan ninhidrin disertai dengan pembebasan Co2 + ammonia menghasilkan senyawa yang berwarna biru
c. Berdasarkan reaksi pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus CO-NH (reaksi biuret) dan rantai peptide dalam suasana basa membentuk warna ungu /violet

Tujuan
a. Menentukan protein dari golongan asam asam amino fenolik seperti tirosin
b. Untuk mengetahui adanya asam amino bebas dari pembentukan senyawa aldehid disertai dengan pembebasan CO2 + NH3
c. Untuk menentukan dua atau lebih ikatan peptide pada protein
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 KARBOHIDRAT

1.2 PROTEIN
Protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting sel hewan dan manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh, maka potein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut potein nabati. Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Protein digunakan sebagai sumber pembentukan sel-sel tubuh dan sebagai sumber energy apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata unsure kimia yang terdapat dalam protein yaitu Karbon 50%, hodrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%


1.3 LIPID
Lipid adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Senyawa yang termasuk lipid mempuyai rumus sruktur yang serupa atau mirip,sifat kimia dan fungsi biologisnya berbeda-beda, tapi walau demikian para ahli mengelompokan lemak dan senyawa organic dalam satu kelompok yaitu lipid.
Lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan denagn cara ekstraksi menggunakan alcohol panas, eter atau pelarut lemak. Macam-mcam senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang digunakan.
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golonga. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal, Bloor embagi lipid dalam tiga golongan besar yaitu :
1. Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alcohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin
2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebroida
3. Derivate lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,contohnya asam lemak, gliserol dan sterol
Golongan lipid berdasarkan kemiripan struktur kimianya yaitu :
1. Asam lemak
2. Lemak
3. Lilin
4. Fosfolipid
5. Sfingolipid
6. Terpen
7. Steroid
8. Lipid kompleks
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tum¬buhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidup¬an manusia ialah lipid. Untuk memberikan definisi yang jelas ten¬tang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian para ahli biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan dalam sate kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena yang sering juga disebut “pelarut lemak”; (2) ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya; (3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Kesepakatan ini telah disetujui oleh Kongres Internasional Kimia Murni dan Terapan (International Congress of Pure and Applied Chemistry).
Jadi berdasarkan pada sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut lemak yang lain. Macam senyawa-senyawa serta kuantitasnya yang diper¬oleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang digunakan. Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak kira-kira sebesar 90%, dalam jaringan otak atau dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5 sampai 30%.
Penggolongan
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yakni (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, con¬tohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes) ; (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contoh¬nya fosfolipid, serebrosida; (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid.
Dalam bab ini lipid dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu: (1) asam lemak: (2) lemak: (3) lilin; (4) fosfolipid; (5) sfingolipid; (6) terpen; (7) steroid; (8) lipid kompleks. Dalam uraian berikut akan dibahas masing-masing golongan terse¬but di atas.
















BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
1.1 KARBOHIDRAT


1.2 PROTEIN
3.2.1. Uji Millon
1. Taruh sedikit serbuk albumin di atas keeping tetes, tambahkan beberapa tetes reagen millon, aduk baik-baik. Biarkan beberapa lam dan perhatikan warna merah yang terjadi. Ulangi percobaan ini dengan serbuk kasein dan gelatin
2. ke dalam 2 ml larutan 2% albumin dalam tabung reaksi baik hingga terbentuk endapan putih. Panaskan hati-hati hingga mulai timbul warna merah yang berarti reaksi miloon positif. Ulangi percobaan ini untuk larutan kasein dan gelatin
3. ke dalam 2 ml larutan 2% fenol tambahkan beberapa tetes pereaksi Millon kemudian panaskan hati-hati dan amati hasilnya.
3.2.2. Uji Ninhidrin
5. Ke dalam 0,1 ml larutan 2% albumin tambahkan 1 ml 0,1 N larutan buffer asam asetat PH 5 dan kemudian tambahkan 20 tetes larutan ninhidrin dalam aseton
2. Panaskan campuran tersebut diatas dalam penangas air mendidih selama beberapa menit, perhatikan warna yang terjadi.
3.2.3. UJI Biuret
1. ke dalam tabung reaksi tambahkan 1 ml 2% albumi dan 1 ml CuSO4 sampai terbentuk warna ungu.
2. Ke dalam tabung reaksi masukkan urea sedikit dan panaskan hingga melebur. Dinginkan dan perhatikan baunya. Larutkan urea yang telah dingin tersebut di atas dengan air, kemudian lakukan reaksi biuret seperti cara (1)
3.2.4. Titik Isoelektrik Protein
1. Ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing tambahkan 5 ml larutan 0,5% kasein. Selanjutnya pada kelima tabung tersebut tambahkan masing-masing buffer asetat pH 6.0,5.3,5.0,4.1, dan 3.8.
2. Kocok campuran baik-baik serta catat derajat kekeruhan setelah 0 menit, 10 menit, dan 30 menit.
3. Setelah 30menit kelima tabung diatas dipanaskan dalam penagas air mendidih selam 30 menit. Pembentukkan endapan/kekeruhan paling cepat terjadi dekat titik isoelektrik larutan protein. Pehatikan apa yang terjadi dan catat

1.3 LIPID
3.3.1. Uji Kelarutan
1. Sediakan 4 tabung reaksi dan tambahlan ke dalamnya :
Tabung 1 : tambahkan 2 ml air
Tabung 2 : tambahkan 2 ml alcohol dingin
Tabung 3 : tambahkan 2 ml alcohol panas
Tabung 4 : tambahkan 2 ml kloroform
Kemudian masukkan ke dalam tiap tabung 0,2 ml minyak goreng. Kocok hati-hati.
2. Ambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung di atas dan teteskan pada kertas saring, noda yang tertinggal pada ketas saring dikeringkan. Adanya noda yang tertinggal pada kertas saring menunjukkan lemak/lipd yang larut dalam pelarut
3.3.2. Hidrolisa Mentega
1. Masukkan 5 gram mentega ke dalam beacker glass kecil lalu tambahkan 35 ml larutan NaOH alkoholis (20% NaOH dalam 40% etil alcohol), tutup dengan kaca arloji dan panaskan di atas air mendidih sampai penyabunan sempurna. Kesempurnaan penyabun an, kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air. Bila penyabunan telah sempurna akan diperoleh larutan jernih tanpa tetes minyak pada permukaan.
2. Setelah penyabuan sempurna lalu ditambahkan 10 ml air dan pindahkan ke dalam beacker glass 250 ml. panaskan diatas penangas air mendidih sampai semua alcohol keluat menguap(tidak tercium bau alcohol).
3. Ambil 1 ml larutan sabun pada tahap 2, masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml air dan NaCl padatan hingga jenuh. Apayang terjadi dan jelaskan peristiwa ini.
4. ambil 1 ml larutan sabun pada tahap 2, masukkan ke dalam tabung reaksi, kocock dan perhatikan pembentukkan busa. Lalu tambahkan1 ml air dan 0,5 ml 0,1 N CaCl2. Perhatikan apakah terjadi endapan ? Jelaskan!
5. Ambil 5 ml larutan sabun pada tahap 2. Tambahkan 2 N H2SO4 (periksa dengan lakmus) hingga asam. Perhatikan pembentukkan bau asam butirat dan asam lemak lainnya yang mudah menguap.

3.3.3. Uji Akrolein
1. Sediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu ke dalam masing-masing tabung masukkan 10 tetes olive oil, gliserol atau asam palmitat.
2. Ke dalam masing-masing tabung tambahkan sejumlah volume yang sama KHSO4, lalu dipanaskan pelan-pelan langsung di atas api. Perhatikan bau akrolein yang menusuk hidung.
3.3.4. Uji Lieberman-Burchard untuk Kolesterol
1. Sedikit kolesterol larutkan dalam kloroform sampai larut seluruhnya
2. Tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan 2 tetes asam sulfat pekat, kocok perlahan-lehan dan biarkan beberapa menit. Perhatikan perubahan warna

















BAB IV
ALAT DAN BAHAN

1.2 KARBOHIDRAT
1.3 PROTEIN
1.3.1 Uji Millon
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
Bahan :
1. Merkuri
2. Asam nitrat pekat
3. Albumin
4. Fenol
1.3.2 Uji Ninhidrin
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
1.3.3 Uji Biuret
Alat :
1. Asam asetat
2. Natrium asetat
3. Ninhidrin
4. 2 % Albumin

1.3.4 Titik Isoelektrik Protein
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
Bahan :
1. Buffer Asetat pH 6
2. Buffer Asetat pH 6
3. Buffer Asetat pH 6
4. Buffer Asetat pH 6
5. Buffer Asetat pH 6
6. 0,5 % Kasein
1.4
1.5 LIPID
1.5.1 Uji Kelarutan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penangas air
3. Kassa
4. Bunzen
5. Kertas saring
Bahan :
1. Minyak kelapa
2. Kloroform
3. Alcohol
4. Air
1.5.2 Hidrolisa mentega
Alat :
1. Beacker glass
2. Kaca arloji
3. Penangas air
4. Kertas lakmus
Bahan :
1. NaOH
2. Etil alcohol
3. CaCl2
4. H2SO4
1.5.3 Uji Akrolein
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pemanas Bunsen
Bahan :
1. Gliserol
2. Olive oil
3. Asam palmitat
4. KHSO4
1.5.4 Uji Lieberman-Burchard untuk kolesterol
Alat :
1. Beacker glass
2. Tabung reaksi
Bahan :
1. Kolesterol
2. Asam asetat anhidrid
3. H2SO4





BAB V
HASIL PERCOBAAN
5.1. KARBOHIDRAT
5.1.1. Uji Molisch
No. Zat Uji Hasil Uji Molisch Karbohidrat (+/-)
L Glukosa Terbentuk cincin berwarna ungu + -
2. Sukrosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
3. Arabinosa Terbentuk cincin berwarna ungu +
Pada uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut

5.1.2. Uji Benedict
Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa CuzO.
No. Zat Uji Hasil Uji Benedict Gula
Red ulcsi (+/-)
I. pati 1% Terbentuk warna hijau dan tidak
terbentuk endapan -
2. Sukrosa 1% Terbentuk warna biru dan tidak
terbentuk endapan -
Galaktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
4. Fruktosa 1% Terbentuk endapan merah bata +
5. Glukosa I% Terbentuk endapan merah bata +





5.1.3. Uji Barfoed
No. Zat Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida (+l-)
1. Sukrosa 1% tidak terbentuk endapan -
2. Laktosa 1% tidak terbentuk endapan -
3. Fruktosal % Terbentuk endapan merah bata +
4.
I Glukosal % Terbentuk endapan merah bata +

5.1.4. Uji Seliwanof
Pada uji Seliwanof. ketosa terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya warna jingga; yaitu karena terbentuknya resorsinol. Hasil uji pada uji Seliwanoff adalah sebagaimana tertera di tabel. Tabel. 4
No. Zat Up Hasil tJji Seliwanof ketdsa (+/-)
1. Sukrosa 1% Kuning Jingga -
2. Fruktosa 1% Merah Jingga +
3. Glukosa I % Bening -

?ada uji hidrolisis sukrosa, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang ;bih sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat padas ~-erubahan warna setiap tiga menit disertai perbedaan hasil hidrolisis pula. _arutan hasil hidrolisis sebelum dilakukan uji Benedict untuk menentukan -asil akhir harus dinetralkan terlebih dahulu, karena semula masih dalam -aasana asam.
Pada uji Hidrolisis sukrosa ini dilakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed supaya dapat mengidentifikasi monosakarida-monosakarida yang :-rbentuk (glukosa dan fruktosa.
Sementara itu, yang dimaksud dengan gula inverse adalah gula yang Japat memutar bidang polarisasi, karena memiliki gugus aldehida dan keton '%
5.2. PROTEIN
5.2.1. Uji Millon
5.2.2. Uji Ninhidrin
5.2.3. Uji Biuret
5.2.4. Titik Isoelektrik Protein
5.3. LIPID
5.3.1. Uji Kelarutan
5.3.2. Hidrolisa Mentega
5.3.3. Uji Akrolein
5.3.4. Uji Lieberman – Burchard Untuk kolesterol






























BAB VI
KESIMPULAN






























DAFTAR PUSTAKA

Rahayu,Kiki, Modul Praktikum Biokimia, Bandung
Poedjiadi,Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia, Penerbit : Universitas Indonesia . Jakarta
www. google.com

Jumat, 20 April 2012

Kata Bijak

Setiap saat dalam hidupmu adalah ibarat gambar yang belum pernah terlihat, dan gambar yang tidak akan pernah terlihat lagi. Jadi, nikmati hidupmu dan jadikan setiap momen menjadi indah.

Jangan merusak apa yang kau miliki sekarang dengan mengejar sesuatu yang tidak mungkin kau miliki. Sebab, apa yang ada padamu saat ini bisa jadi merupakan salah satu dari banyak hal yang paling kau impikan.

Jika kamu berdoa, jangan meminta kehidupan yang mudah, tetapi mintalah kepada tuhan untuk menjadikanmu pribadi yang kuat.

Hidup itu seperti mengendaradi sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, sepeda harus terus berjalan. Demikian pula hidup ini.

Rayakanlah setiap hari dalam hidupmu karena sesungguhnya hari esok akan datang sangat cepat.

Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup sebab pendidikan yang sesungguhnya adalah kehidupan itu sendiri.

Tidak ada hal yang lebih lembut dari kekuatan, dan tidak ada hal yang lebih kuat dari kelembutan.

Orang bebal selalu mengira bahwa tuhan ada di sampingnya. Sebaliknya, orang bijak selalu berusaha mendekatkan diri kepada tuhan.

Senyuman merupakan hal kecil yang dapat membuat hidup ini menjadi lebih mudah.

Hidup melalui jalan tanpa hambatan sangat jarang berujung pada kesuksesan.

Kesenanagan terbesar dalam hidup ini adalah melakukan hal, dimana orang lain menganggap bahwa kita tidak mampu melakukan hal tersebut.

“Alasan kenapa seseorang tak pernah meraih cita-citanya adalah karena dia tak mendefinisikannya, tak mempelajarinya, dan tak pernah serius berkeyakinan bahwa cita-citanya itu dapat dicapai” (Dr Denis Waitley, pakar motivasi dan penulis buku-buku self-help)

“Saya memiliki tiga harta. Jaga dan peliharalah: cinta yang dalam, kesederhanaan, ketidakberanian memenangkan dunia. Dengan cinta yang dalam, seseorang akan jadi pemberani. Dengan kesederhanaan, seseorang akan menjadi dermawan. Dengan ketidakberanian memenangkan dunia, seseorang akan menjadi pemimpin dunia” (Lao-tzu, Filsuf China)

“Anda harus melakukan sesuatu yang Anda pikir tak akan bisa Anda lakukan” (Eleanor Roosevelt, mantan Ibu Negara AS)

“Keyakinan merupakan suatu pengetahuan di dalam hati, jauh tak terjangkau oleh bukti” (Kahlil Gibran, Pujangga)

“Orang yang terlalu sibuk sangat jarang bisa mengubah pendapatnya” (Friedrich Nitezche (1844-1900), filsuf Jerman)

“Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang Anda miliki, bukan pula berasal dari siapa diri Anda, atau apa yang Anda kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran Anda” Dale Carnegie (1888–1955), Pakar Motivasi-Penulis AS

“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya”
(Lance Armstrong, Mantan Atlet Balap Sepeda AS)

“Suatu pekerjaan yang paling tak kunjung bisa diselesaikan adalah pekerjaan yang tak kunjung pernah dimulai” (JRR Tolkien, penulis Novel The Lord of the Rings)

Sedikit orang kaya yang memiliki harta. Kebanyakan harta yang memiliki mereka –Robert G. Ingersoll

Hidup manusia penuh dengan bahaya, tetapi justru di situlah letak daya tariknya –Edgar Alnsel Mowrer

Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa kecuali uang. John D.Rockefeller

Realitas selalu lebih konservatif daripada ideologi — Raymond Aron

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. – Thomas Alva Edison

Jadilah diri anda sendiri. Siapa lagi yang bisa melakukannya lebih baik ketimbang diri anda sendiri? – Frank Giblin, Ii

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. – Confusius

Kesempatan anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaan anda pada diri sendiri. – Robert Collier

Kamis, 01 Maret 2012

Rumus Cube 3x3



Tutorial nya ada di www.youtube.com/robertmingliang

Jangan lupa kasih comment n rating yah...

Bagi yang penasaran maen rubiks ukuran 4x4 silahkan mampir di sono juga ada

Kalau kesulitan silahkan email saya di alviandebiv@gmail.com

Untuk penjualan bisa mampir ke thread adik saya di url:

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2020716

Terimakasih,
Semoga Membantu.


nih gw bantu lokalin, lengkap (3 bagian tutorial), High Quality 640x480, :smiley_beer:

http://www.indowebster.com/Rubiks_Tutorial.html boljugrubiks

Rabu, 29 Februari 2012

Asuhan Keperawatan Pasien Aterosklerosis


14 May
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI / PENGERTIAN
Arteriosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu proses dimana serabut otot dan lapisan endotel arteri kecil dan arteriola mengalami penebalan. Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda yang menyerang tunika intima arteri besar dan medium. Proses tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium, komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada tunika intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai “ateroma” atau “plak”.
2. ETIOLOGI / FAKTOR RISIKO
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi : usia diatas 40 tahun dan jenis kelamin laki-laki.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : diet tinggi lemak / kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes melitus dan merokok.
1) Diet tinggi lemak : lemak, yang tak larut dalam air, terikat dengan lipoprotein yang larut dalam air, yang memungkinkan dapat diangkut dalam system peredaran darah. Tiga elemen metabolisme lemak antara lain : kolesterol total, LDL, HDL. LDL menyebabkan efek berbahaya pada dinding arteri dan mempercepat proses aterosklerosis.
2) Hipertensi dapat mempercepat pembentukan lesi aterosklerotik pada pembuluh darah bertekanan tinggi, dapat menyebabkan stroke.
3) Diabetes Melitus juga mempercepat proses aterosklerotik dengan menebalkan membran basal pembuluh darah besar maupun kecil.
4) Merokok adalah salah satu faktor risiko yang paling kuat. Nikotin akan menurunkan aliran darah ke ekstremitas dan meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan darah dengan menstimulasi system saraf simpatis. Selain itu nikotin juga meningkatkan kemungkinan pembentukan bekuan darah dengan cara meningkatkan agregasi trombosit. Karena karbon monoksida mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan oksigen maka hal tersebut dapat menurunkan jumlah oksigen jaringan. Jumlah rokok yang dihisap berbanding langsung dengan parahnya penyakit. Menghentikan rokok dapat menurunkan risiko.
5) Faktor lain seperti obesitas, stres, dan kurang gerak diidentifikasi ikut berperan dalam psoses penyakit ini. Semakin banyak factor risiko yang dimiliki, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya penyakit ini.
3. PATOFISIOLOGI
Akibat langsung aterosklerosis pada arteri meliputi penyempitan (stenosis) lumen,obstruksi oleh trombosis, aneurisma (dilatasi abnormal pembuluh darah), ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah malnutrisi dan fibrosis organ yang disuplai oleh arteri yang sklerotik tersebut. Semua sel yang berfungsi aktif memerlukan suplai darah yang kaya akan nutrisi dan oksigen dan peka terhadap setiap penurunan suplai nutrisi tersebut. Bila penurunan tersebut berat dan permanen, sel-sel tersebut akan mengalami nekrosis (kematian sel akibat kekurangan aliran darah) dan diganti oleh jaringan fibrosa yang tidak memerlukan banyak nutrisi. Aterosklerosis terutama mengenai arteri utama sepanjang percabangan arteri biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang arteri yang terkena biasanya pada bagian bifurkasio. Banyak teori berusaha menjelaskan mengapa dan bagaimana ateroma terbentuk. Lesi utama yaitu ateroma merupakan plak lemak dengan penutup jaringan fibrosa perlahan-lahan menutup lumen pembuluh darah. Tidak satupun teori yang secara lengkap menjelaskan patogenesisnya, namun beberapa bagian dari berbagai teori tersebut dapat dikombinasikan menjadi teori “Reaksi terhadap Cedera.” Menurut teori ini cedera sel endotelial pembuluh darah diakibatkan oleh gaya hemodinamika berkepanjangan seperti gaya-gaya robekan dan aliran turbulensi, radiasi, bahan kimia, atau hiperlipidemia kronis terjadi pada system arteri. Cedera pada endotelium meningkatkan agregasi trombosit dan monosit pada tempat cedera. Sel otot polos akan bermigrasi dan berploriferasi sehingga terbentuklah matriks kolagen dan serabut elastis. Mungkin tidak ada penyebab atau mekanisme tunggal dalam pembentukan aterosklerosis melainkan melibatkan berbagai proses. Secara morfologis lesi aterosklerosis terdiri atas dua jenis : bercak lemak dan plak fibrosa. Bercak lemak berwarna kuning dan halus, sedikit menonjol kedalam lumen arteri dan tersusun atas lemak dan sel-sel otot polos yang memanjang. Lesi seperti ini dapat dijumpai pada semua kelompok umur termasuk anak-anak. Belum jelas apakah bercak lemak tersebut merupakan predisposisi pembentukan plak fibrosa atau dapat menghilang lagi. Biasanya tidak menimbulkan gejala klinis. Plak fibrosa merupakan ciri khas aterosklerosis, tersusun oleh sel otot polos, serabut kolagen, komponen plasma dan lemak. Berwarna putih sampai kuning keputihan dan menonjol dalam berbagai derajat ke lumen, sampai suatu saat tonjolan tersebut menyumbat. Plak ini terutama ditemukan di aorta abdominal, arteri koroner, poplitea dan karotis interna. Plak ini dianggap tidak reversible. Penyempitan bertahap lumen arteri saat proses penyakit berkembang, menstimulasi perkembangan sirkulasi kolateral. “jalan pintas” pembuluh darah tersebut memungkinkan perfusi berlanjut ke jaringan di bagian atas sumbatan arteri, tetapi biasanya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya dan terjadilah iskemia. Pembuluh kolateral bisa memenuhi kebutuhan jaringan atau bisa juga tidak. Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah keperawatan dapat dilihat pada lampiran.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinis akibat aterosklerosis tergantung pada organ atau jaringan yang terkena. Aterosklerosis koroner (penyakit jantung), angina dan infark miokardium dibahas tersendiri oleh kelompok lain. Bila mengenai otak dapat menyebabkan penyakit serebrovaskuler seperti iskemia serebral transien atau TIA dan stroke. Pada aorta dan lesi aterosklerotik pada ekstremitas juga dapat terjadi. Bila terjadi oklusi atau sumbatan pada arteri perifer maka akan timbul gejala seperti nyeri saat aktifitas dan hilang saat istirahat (klaudisio intermiten), nyeri yang terus menerus (saat istirahat) dapat terjadi jika oklusi semakin berat dan terjadi iskemia kronis. Perubahan warna kulit seperti menjadi pucat atau sianosis dan pada palpasi terasa dingin. Akibat suplai nutrisi yang kurang akan terjadi tanda-tanda hilangnya rambut, kuku rapuh, kulit kering dan bersisik, atropi dan ulserasi. Bisa juga terjadi edema bilateral atau unilateral akibat posisi ekstremitas yang terlalu lama menggantung.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan aterosklerosis secara tradisional tergantung pada modifikasi faktor risiko, obat-obatan dan prosedur bedah tandur (penggabungan dua pembuluh darah yang masih memiliki aliran bagus). Pemberian obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak darah disertai modifikasi diet dan latihan. Jenis obat yang digunakan antara lain : sekuestran asam empedu (kolestiramin atau kolestipol), asam nitrotinat, statin lovastatin, mavastin dan simpastatin), asam fibrat (gemfibrosil) dan terapi penggantian estrogen. Prosedur bedah tandur dilakukan berdasarkan pada angiogram yang dapat memperlihatkan tingkat obstruksinya. Prosedur bedah vaskuler dibagi menjadi 2 kelompok yaitu inflow yang menyuplai darah dari aorta ke arteri femoralis, dan prosedur outflow yang menyuplai darah ke pembuluh di bawah arteri femoralis. Bila obstruksi terletak setinggi aorta atau arteri iliaka, diperlukan inflow darah yang baru. Prosedur bedah pilihan adalah tandur aorta iliaka. Bila mungkin anastomosis bagian distalnya disambungkan pada arteri iliaka, sehingga seluruh prosedur pembedahan dapat dikerjakan seluruhnya dalam abdomen. Namun bila arteri iliaka mengalami penyumbatan atau aneurisma, anastomosis distalnya harus disambungkan ke arteri femoralis (aorta bifemoral). Bila dilakukan inflow pada pasien namun kondisi pasien tersebut tidak memungkinkan untuk pembedahan abdomen, yang dapat menyebabkan berbagai variasi tekanan darah dan memerlukan waktu pembedahan yang lama, maka dapat dilakukan prosedur inflow dari arteri aksilaris ke arteri femoralis. Kedua arteri aksilaris dapat dipakai untuk inflow. Hal ini penting karena kebanyakan pasien tersebut juga mengalami penyumbatan pembuluh darah seperti gagal ginjal kronis yang memerlukan cuci darah. Misalnya, bila digunakan arteri aksilaris kanan, maka dapat disambungkan ke tandur yang disambungkan ke arteri femoralis kiri (bila arteri femoralis ini adekuat) untuk menyuplai kedua tungkai. Jadi pasien menerima tandur aksiler-femoral dari kanan ke kiri. Apabila kedua sisi memerlukan darah, maka tandur aksiler-bifemoral lebih diutamakan. Apabila penyumbatan aterosklerosis terletak di bawah ligamen inguinalis di arteri femoralis superfisialis, pembedahan pilihannya adalah tandur femoral popliteal. Bila anastomosis distal dilakukan di atas lutut mungkin perlu dipakai bahan prostetis untuk tandur. Namun bila anastomosis distalnya di bawah lutut, yang diperlukan adalah tandur vena safena agar tetap paten. Pembuluh darah yang tersumbat di daerah tungkai bawah dan pergelangan kaki juga memerlukan tandur. Terkadang seluruh arteri poplitea tersumbat dan hanya terdapat sirkulasi kolateral. Oleh sebab itu tandur dibuat dari femoral ke arteri tibialis atau arteri peroneal. Tandur memerlukan vena asli agar tetap paten. Vena asli adalah vena autolog, biasanya vena safena magna atau parva atau kombinasi keduanya untuk memperoleh panjang yang diperlukan. Kepatenan tandur ditentukan oleh berbagai hal mencakup ukuran tandur, lokasi tandur, dan terjadinya hiperplasi lapisan intima pada tempat anastomosis. Berbagai teknik sinar X terbukti sebagai terapi yang dianjurkan pada prosedur pembedahan. Angioplasti laser adalah teknik dimana gelombang cahaya yang kuat disalurkan malalui kateter serat optic. Gelombang laser akan memanaskan ujung kateter perkutan dan menguapkan plak aterosklerosis. Alat artektomi rotasional dapat mengangkat lesi dengan mengabrasi plak yang telah menyumbat arteri secara total. Kelebihan laser, angioplasty dan artektomi adalah waktu untuk dirawat di rumah sakit menjadi singkat
B. KONSEP DASAR ASKEP
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data yang harus dikaji pada pasien yang mengalami aterosklerosis atau arteriosklerosis sangat tergantung pada lokasi yang terkena. Bila pembuluh darah koroner yang terkena maka tanda dan gejala klinisnya sesuai dengan tanda dan gejala klinis angina pectoris atau infark miokard akut. Bila otak yang terkena maka tanda dan gejala klinis yang dikaji sesuai dengan kasus stroke. Penyakit angina pectoris, infark miokard dan stroke akan dibahas tersendiri. Pengkajian keperawatan yang akan kami fokuskan disini adalah gangguan perfusi perifer selain yang mengenai organ tersebut di atas. Data subyektif yang mungkin didapat : nyeri mendadak atau dirasakan pilu, kram, kelelahan atau kelemahan. Nyeri istirahat bersifat menetap, ngilu, dan tidak nyaman dan biasanya terjadi di bagian distal ekstremitas. Perasaan dingin atau baal pada ekstremitas terjadi akibat penurunan aliran arteri. Kaji pula tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan penyakitnya. Data obyektif yang mungkin didapat : ekstremitas yang terkena akan tampak pucat saat ditinggikan dan sianosis saat tergantung. Warna dan suhu ekstremitas dicatat. Perubahan kulit dan kuku, ulkus, gangren dan atropi otot bisa tampak jelas. Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilap, atropi dan kering disertai pertumbuhan rambut yang jarang. Denyut nadi perifer dapat melemah atau hilang sama sekali.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN / POTENSIAL KOMPLIKASI
a. Bila mengenai jaringan perifer ;
1) Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
2) Nyeri b,d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan,
3) Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi.
b. Bila dilakukan tindakan pembedahan
 Pra Bedah :
4) Ansietas b.d rencana pembedahan yang kompleks.
 Post Bedah :
5) Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan/saraf saraf akibat luka operasi.
6) Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi)
7) Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
c. Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.
3. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Bila mengenai arteri perifer.
1) Gangguan perfusi jaringan :
 Pantau tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.
 Anjurkan untuk menurunkan ekstremitas di bawah jantung.
 Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas bertahap.
 Jaga suhu hangat dan hindari suhu dingin.
 Anjurkan pasien untuk tidak merokok.
 Beri penyuluhan cara menghindari gangguan emosi dan penatalaksanaan stres.
 Anjurkan untuk menghindari menyilang kaki.
2) Mengatasi nyeri :
 Kaji respons pasien terhadap nyeri.
 Jelaskan penyebab nyeri.
 Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
3) Mencegah kerusakan integritas kulit :
 Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
 Instruksikan cara menghindari trauma terhadap ekstremitas.
 Dorong pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah yang tertekan.
 Dorong pasien agar menjaga hygiene dengan ketat, mandi dengan sabun netral, mengoleskan pelembab, memotong kuku dengan hati-hati.
 Jelaskan dan anjurkan tentang asupan nutrisi yang baik, suplemen vitamin B dan C yang adekuat dan protein, serta mengontrol obesitas.
b. Bila dilakukan pembedahan Pra Bedah :
4) Menurunkan ansietas :
 Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi.
 Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
 Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
 Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
Post Bedah :
5) Mengatasi nyeri akut :
 Kaji dan pantau tanda-tanda nyeri.
 Jelaskan penyebab nyeri.
 Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
6) Risiko infeksi :
 Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi.
 Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak infeksi.
 Rawat luka dangan teknik sepsis dan asepsis.
 Kolaborasi pemberian antibiotika.
7) Risiko kerusakan integritas kulit :
 Kaji dan pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
 Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih.
 Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen vitamin.
 Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit.
c. Jika dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang pengetahuan tentang cara memodifikasi gaya hidup.
 Kaji tingkat pengetahuan pasien.
 Jelaskan cara-cara memodifikasi gaya hidup (diet dan latihan).
 Diskusikan hambatan dan dukungan dalam memodifikasi gaya hidup.
4. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang disusun dalam rencana keperawatan
5. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Bila mengenai jaringan perifer :
1) Gangguan perfusi jaringan : suplai darah arteri ke ekstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak pucat).
2) Nyeri : pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik dengan baik.
3) Kerusakan integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan iritasi kulit.
b. Bila dilakukan pembedahan Pra bedah :
4) Ansietas : tanda dan gejala ansietas menurun.
Pasca bedah :
5) Nyeri akut : nyeri pasca bedah terkontrol.
6) Risiko infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.
7) Risiko kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik, integritas kulit terjaga.
c. Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.

Rabu, 22 Februari 2012

ASKEP KARDIOVASKULER

CARA MENGHITUNG KADAR KOLESTEROL


Kelebihan berat badan memang bisa menandakan tingkat kolesterol tinggi dalam tubuh. Tapi, perlu Anda tahu, tubuh kurus atau ideal tidak berarti terbebas dari kolesterol tinggi.
Pola hidup tidak teratur menjadi penyebab utama dari kolesterol tinggi. Seperti kebiasaan merokok, terlalu banyak makanan tinggi lemak, tidak berolah raga, dan stres, berarti besar kemungkinan  terkena kolesterol tinggi.
Bagi Anda yang berusia di atas 20 tahun, setiap lima tahun sekali perlu melakukan tes darah untuk mengukur jumlah kolesterol. Untuk memperoleh hasil akurat, sebaiknya jangan makan selama 12 jam sebelum pemeriksaan. Berikut ini hasil pemeriksaan kadar kolesterol normal.
- LDL (Low Density Lipoprotein)
Baik:  Kurang dari 130 mg/dl
Lebih baik: Kurang dari 100 mg/dl
Untuk mencapai batas normal
Kurangi makan: Lemak jenuh, lemak trans, makanan berkolesterol tinggi.
Perbanyak makan: Lemak tak jenuh tunggal (avokad dan omega 3, seperti ikan).
Lakukan:  Penurunan  berat badan.
- HDL (High Density Lipoprotein)
Baik: 40 mg/dl atau lebih
Lebih baik: 60 mg/dl atau lebih
Untuk mencapai batas normal
Kurangi makan: Karbohidrat dan gula serta hasil olahannya.
Perbanyak makan: Lemak tak jenuh tunggal (avokad dan omega 3, seperti ikan).
Lakukan: Olahraga, tidak merokok, serta turunkan berat badan.
- Triglicerin
Baik: Kurang dari 150 mg/dl
Untuk mencapai batas normal
Kurangi makan: Karbohidrat dan gula serta hasil olahannya, santan, minyak, dan makanan yang berlemak tinggi (kacang tanah).
Lakukan: Penurunan berat badan (VIVANews)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETRALOGI FALLOT

Posted by joe pada 22/03/2010

I.      Pendahuluan

Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral  akibat adanya pirau kanan ke kiri.
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot  didapat diatas 5 tahun  dan prevalensi menurun setelah berumur  10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung  serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan  yang tepat.

II. Pengertian

Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis  pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.

DARAH HAID BISA PERBAIKI PENYAKIT JANTUNG ?

Posted by joe pada 21/12/2009
PENELITI Jepang baru-baru ini mengungkapkan sebuah riset yang  memberi harapan baru bagi pengobatan penyakit jantung.  Yang lebih mencengangkan, riset itu mengindikasikan bahwa darah haid atau menstruasi pada suatu hari nanti dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan jantung.
Adalah para ahli jantung (kardiolog) dari Sekolah Kedokteran Universitas Keio yang berhasil yang menemukan temuan menarik ini.  Mereka berhasil mengembangkan sel-sel punca atau sel batang dari darah haid yang kemudian diaplikasikan pada tubuh binatang tikus.
Dalam risetnya, peneliti menggunakan sampel darah haid dari 9 wanita untuk kemudian mengembangkannya selama sebulan di laboratorium.  Pada tahap ini, peneliti berupaya mencari sejenis sel dalam darah haid  yang dapat berfungsi seperti halnya sel punca.

STRUKTUR & FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

Posted by joe pada 12/09/2009
clip_image002
PENDAHULUAN
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan:
  • Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru.
  • Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.
STRUKTUR JANTUNG
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan:
  1. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.
  2. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
  3. Lapisan dalam disebut endokardium.

PEMERIKSAAN EKG

Posted by joe pada 12/09/2009
imagesekg
Pengertian
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltase yang terdapat dalam jantung.
Elektrokardiogram adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu.
Kegunaan EKG adalah :
þ Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
þ Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)
þ Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
þ Mengetahui adanya gangguan elektrolit
þ Mengetahui adanya gangguan perikarditis

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Posted by joe pada 11/09/2009
imagesKORONER
PENDAHLUAN
Kebutuhan oksigen miokardium dapat terpenuhi jika terjadi keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Penurunan suplai oksigen miokard dapat membahayakan fungsi miokardium. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium. Bila kebutuhan oksigen miokardium meningkat, maka suplai oksigen juga harus meningkat. Peningkatan kebutuhan oksigen terjadi pada: takikardia, peningkatan kontraktilitas miokard, hipertensi, hipertrofi, dan dilatasi ventrikel. Untuk meningkatkan suplai oksigen dalam jumlah yang memadai aliran pembuluh koroner harus ditingkatkan.
Empat faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen jantung :
  • Frekuensi denyut jantung
  • Daya kontraksi
  • Massa otot
  • Tegangan dinding ventrikel
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dapat disebabkan :
  • Penyempitan arteri koroner (aterosklerosis), dimana merupakan penyebab tersering.
  • Penurunan aliran darah (cardiac output).
  • Peningkatan kebutuhan oksigen miokard
  • Spasme arteri koroner.
Baca entri selengkapnya »

ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT

Posted by joe pada 11/09/2009

imagesINFARK
Definisi
Iinfark mioakard adalah suatu keadan ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami kematian. Infark menyebabkan kematian jaringan yang ireversibel. Sebesar 80-90% kasus MCI disertai adanya trombus, dan berdasarkan penelitian lepasnya trombus terjadi pada jam 6-siang hari. Infark tidak statis dan dapat berkembang secara progresif.
Peran Oksigen pd Miokard
  • Dibutuhkan pada saat aktivitas preload & afterload.
  • Kontraktilitas miokard
  • Diperlukan jantung untuk berdenyut.
  • Kelelahan & stres emosional meningkatkan denyut jantung.
  • Hipoksia, anemia menyebabkan infark.

Senin, 13 Februari 2012

Alvian Debi Vonseka: Infinite download

Alvian Debi Vonseka: Infinite download: buat temen^ yg ingin mengunduh lagu dari Infinite band lampung bisa klik dibawah ini Infinite band lampung-selalu bersama Infinite band l...

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

BAB 1
PENDAHULUAN


1. LATAR BELAKANG


Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien.

Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan yang jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan. Secara umum terhadap dua alasan terhadap pentingnya para perawat tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hukum. Kedua, untuk melindungi perawat dari liabilitas

Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang etik dan hukum dalam keperawatan.

2. TUJUAN


Setelah membaca makalah ini, diharapkan mampu memahami :
  • Pengertian etika profesi keperawatan
  • Tujuan etika keperawatan
  • Kode Etik Keperawatan
  • Hukum Keperawatan
  • Fungsi Hukum dalam Keperawatan
  • Undang-Undang Praktek Keperawatan

BAB 2.
ISI


1. ETIK KEPERAWATAN


  1. Pengertian Etika dan Etiket

    Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :
    • baik dan buruk
    • kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).

    Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).

    Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.

    Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia tinggal.

    Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.

  2. Kode Etik Keperawatan

    Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar kesempurnaan dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan oleh semua anggota kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang waktu, dan berfungsi sebagai standar untuk tindakan profesional mereka.
    Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di jakarta pada tanggal 29 November 1989.

    Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.

    • Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.
    • Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya.
    • Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
    • Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan.
    • Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.

    Dengan penjabarannya sebagai berikut:

    1. Tanggung jawab Perawat terhadap klein
      Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut :
      • Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.
      • Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
      • Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
      • Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
    2. Tanggung jawab Perawat terhadap tugas
      • Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
      • Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
      • Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
      • Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
      • Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
    3. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat
      Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain sebagai berikut :
      • Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.
      • Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
    4. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi
      • Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
      • Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
      • Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
      • Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
    5. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara
      • Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
      • Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

  3. Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses Code for Nurses)

    ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Squar, London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini diuraikan sebagai berikut :
    1. Tanggung Jawab Utama Perawat
      Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatnya kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
      • Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.
      • Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia.
      • Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan institusi terkait.
    2. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat
      Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan inidividu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien atau klien. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.
    3. Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan
      Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.
    4. Perawat dan lingkungan Masyarakat
      Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
    5. Perawat dan Sejawat
      Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.
    6. Perawat dan Profesi Keperawatan
      Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktek keperawatan.

  4. Tujuan Kode Etik Keperawatan

    Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
    1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
    2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
    3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
    4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
    5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.


2. HUKUM KEPERAWATAN


  1. Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan
    Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :
    1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
    2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
    3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
    4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier, Erb, 1990)

  2. Undang-Undang Praktek Keperawatan
    1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
      1. BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3
        Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
      2. Pasal 1 ayat 4
        Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
    2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
      1. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 :
        Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :
        • Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
        • Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.
        • Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
      2. BAB III perizinan,
        Pasal 8, ayat 1, 2, & 3 :
        • Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
        • perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus memiliki SIK
        • Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP

        Pasal 9, ayat 1
        • SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

        Pasal 10
        • SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

        Pasal 12
        • SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
        • SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi yang lebih tinggi.
        • Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.

        Pasal 13
        • Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.

        Pasal 15
        • Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk :
          1. Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
          2. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
          3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksudhuruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
          4. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan tertulis dari dokter.

        Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
        • Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
        • Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

        Pasal 21
        • Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di ruang prakteknya.
        • Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang papan praktek.

        Pasal 31
        • Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
          1. Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut.
          2. Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
        • Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.

BAB 3
PENUTUP


SIMPULAN

Pengendalian praktek keperawatan secara internal adalah Kode Etik sedangkan secara eksternal adalah hukum. Praktek keperawatan harus dilakukan secara benar dalam arti keilmuannya dan baik dalam arti aspek Etik dan legalnya. Praktek Keperawatan berkaitan erat dengan kehidupan manusia untuk itu praktik keperawatan harus dilakukan oleh perawat profesional yang berkompeten. Setiap perawat yang praktek wajib memiliki SIP, SIK, SIPP.